KERIS PANDAWA MATARAM (Termahar)
PANDAWA ***Termahar***
Siapa tak kenal tokoh bersaudara trah Baratha, para pandawa lima? Kisahnya legendaris, menyebar ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali di negeri kita. Ada hal menarik yang jarang diketahui masyarakat mengenai bagaimana akulturasi budaya dalam penyebaran ajaran Islam yang coba dipadukan oleh Wali Sanga khususnya Sunan Kalijaga dengan kebudayaan lokal. Tidak hanya di pertunjukan wayang saja, konsep Pandawa juga dikenal dalam dunia tosan aji dengan adanya dhapur keris Pandawa yang berluk 5. Pandawa lima, putra Dewi Kunti dan Dewi Madrim, tokoh utama dalam kisah Mahabaratha digunakan sebagai media syiar islam di tanah Jawa yang dilambangkan dengan lima rukun islam.
Siapa tak kenal tokoh bersaudara trah Baratha, para pandawa lima? Kisahnya legendaris, menyebar ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali di negeri kita. Ada hal menarik yang jarang diketahui masyarakat mengenai bagaimana akulturasi budaya dalam penyebaran ajaran Islam yang coba dipadukan oleh Wali Sanga khususnya Sunan Kalijaga dengan kebudayaan lokal. Tidak hanya di pertunjukan wayang saja, konsep Pandawa juga dikenal dalam dunia tosan aji dengan adanya dhapur keris Pandawa yang berluk 5. Pandawa lima, putra Dewi Kunti dan Dewi Madrim, tokoh utama dalam kisah Mahabaratha digunakan sebagai media syiar islam di tanah Jawa yang dilambangkan dengan lima rukun islam.
Rukun yang pertama diwujudkan dalam tokoh sulung, Yudhistira dengan senjata pamungkasnya Jamus
Kalimosodo, alih kata dari kalimat Syahadat. Jamus Kalimosodo menjadikannya
raja bijaksana itu tidak pernah kalah dalam setiap pertempuran. Yudhistira dikenal
sabar dalam menghadapi setiap masalah, dan berbaik sangka kepada setiap orang.
Rukun kedua, Shalat, diisyaratkan melalui Bima, yang selalu
tegak siaga dan selalu siap dengan kuku Pancanakanya. Artinya, salat lima waktu
merupakan kewajiban yang mesti ditegakkan dalam keadaan apapun. Meskipun saat
sakit pun, shalat harus tetap dikerjakan seperti halnya Bima yang selalu
berdiri kokoh setiap saat. Lewat pelaksanaan shalat, derajat manusia tidak
dibeda-bedakan, termasuk antara orang kecil dan pembesar negara sekalipun. Pembeda
itu hanya tingkat ketaqwaannya di hadapan Tuhan.
Rukun ketiga, puasa dilambangkan oleh Arjuna, ksatria
Pandawa yang paling tampan dan digandrungi kaum wanita. Saat bertapa di Gunung
Indrakila, guna mendapatkan anugerah senjata dewata, Arjuna digoda oleh para
bidadari yang mencoba menggagalkan tapa bratanya. Para bidadari itu
melambangkan hawa nafsu yang setiap waktu menunggu kesempatan untuk
mempengaruhi hidup. Kita laiknya Arjuna diajarkan agar kuat dalam menghadapi
setiap godaan dan ujian yang menghampiri agar selamat di dunia serta
mendapatkan kesuksesan.
Rukun keempat dan kelima, Zakat dan Haji, digambarkan sebagai dua
ksatria kembar, Nakula dan Sadewa. Keduanya jarang muncul,
sebagaimana zakat dan haji yang hanya diwajibkan bagi orang-orang yang mampu.
Akan tetapi, tanpa Nakula dan Sadewa, Pandawa akan rapuh dan hancur. Begitupun
dalam Islam, tanpa zakat dan haji maka tak sempurna rukun islam. Semisal Nakula
yang melambangkan zakat, Nakula diberikan anugerah berupa cupu yang berisi, “Banyu
Panguripan atau Air kehidupan” pemberian Bhatara Indra. Sebagaimana
air yang menumbuhkan, zakat itu menghidupkan bagi mereka kaum papa, fakir,
miskin dan mereka yang membutuhkan. Zakat juga
menjadi media yang mampu menjembatani jurang perbedaan sosial dan ekonomi.
Mereka yang dikaruniai kelebihan membantu yang kekurangan, saling tolong
menolong dan membantu sesama dalam bingkai keikhlasan. Kemanusiaan sejati
inilah yang diharapkan tumbuh dan berkembang, sehingga menghadirkan Islam yang
rahmatan lil’alamiin. Sedangkan Sadewa yang melambangkan ibadah haji digambarkan memiliki Aji Purnamajati yang berkhasiat dapat mengerti dan mengingat dengan jelas pada semua peristiwa. Sebagaimana ritual ibadah haji yang
menjadikan kita mengerti, merenungi kembali dan lahir menjadi pribadi baru,
pribadi yang insan kamil.
Keris ini berdhapur Pandawa, Luk 5 dengan tangguh estimasi Mataram (Abad 16) ini berpamor kulit semangka dengan harapan pemiliknya akan mampu meneladani sifat ksatria para Pandawa dan senantiasa diberikan kemudahan dan kemurahan dalam mendapatkan rejeki. Uniknya, warangka model capu keris ini merupakan warangka kayu Timoho dengan pelet kendhit. Dijamin kendhit asli, bukan digaris atau diwarna seperti yang banyak dijual di umum. Untuk pegangan (jejejeran) menggunakan kayu kemuning dan mendak dan pendhok menggunakan kuningan lamen. Pastinya keris yang layak anda koleksi.
Berminat dengan keris ini? silahkan hubungi Galeri Omah Nara:
Telf/SMS: 081805611599
WA : 081392611599
Mahar : 5jt
Terima kasih :)
Berminat dengan keris ini? silahkan hubungi Galeri Omah Nara:
Telf/SMS: 081805611599
WA : 081392611599
Mahar : 5jt
Terima kasih :)
Komentar
Posting Komentar