MEMBACA PAMOR UJUNG GUNUNG
Sekilas
pamor ini serupa dengan pamor Junjung Derajat, Raja Abala Raja /Pandhita Bala
Pandhita. Karena hampir sama, pola pamor Raja Abala Raja atau Pandita bala
Pandita, Junjung Derajat dan sejenisnya dengan pola pamor Ujung Gunung kadang sering
menimbulkan kerancuan. Bentuk pamornya sama-sama seperti mengerucut dari bawah
ke atas, seperti menuju puncak gunung. Pamor Ujung Gunung merupakan lambang akan
pencapaian kekuasaan tertinggi dan pengaruh yang menyeluruh terhadap semua yang
ada di sekitarnya.
***
Saya
lantas ingat, beberapa waktu lalu saat menjelang pilihan legislatif dan
pilkada, beberapa orang menghubungi untuk dicarikan tosan aji dengan pamor
ujung gunung, junjung derajat, raja abala raja dan lain sebagainya. Setelah
saya tanyakan, mengapa pamor-pamor ini yang dicari? Jawabnya “agar keinginan
dan harapan untuk menduduki kursi dewan segera terpenuhi. Keris dengan pamor
ini akan menjadikan saya naik kelas, menjadi pemimpin rakyat”. Saya lantas
merenung, benarkah demikian?
***
Kita
perlu membaca bahwa tosan aji mempunyai dua keistimewaan, dari sisi materialnya
dan terutama dari aspek nilai dan falsafahnya. Perumusan nilai, falsafah yang
akan disematkan, dibuat dalam tosan aji jaman dahulu melalui proses permenungan
yang dalam. Sebelum dibuat, seorang empu akan menanyakan kepada pemesan atau
orang yang akan menggunakan tujuan dan maksud pemesanannya. Informasi terlebut lalu
disesuaikan dengan perhitungan tanggal lahir, weton, karakter calon pemiliknya
dan impian yang akan diraih. Setelah mendapatkan berbagai informasi, seorang
empu baru memutuskan dhapur tosan aji, pamor apa yang akan dibuat. Permenungan
inilah yang seringkali disebut bahwa
seorang empu sedang mencari wangsit. Demikian juga dalam menentukan pamor yang akan
dicipta. Pamor didesaian sesuai dengan kebutuhan dan harapan yang akan dicapai
oleh pemiliknya. Pamor udan mas, wos wutah, tirto tumetes, dll diharapkan akan
menjadi sarana kemakmuran pemiliknya. Demikian juga dengan pamor ujung gunung,
junjung derajat, raja abala raja, pandhita bala pandhita dan pamor sejenisnya
diharapkan agar pemiliknya mudah dalam menuju puncak kekuasaan, memperoleh kewibawaan,
naik pangkat, mendapatkan jabatan, kekuasaan, dan mendapatkan kehidupan yang
lebih baik.
***
Falsafah
dan harapan yang tersemat dalam pamor sangat besar dan dalam maknanya. Pamor perlu
dibaca dengan arif sebagai falsafah dan harapan serta doa yang disematkan oleh
empu pembuat agar pemiliknya mencapai apa yang diidamkan. Tentu saja untuk
mencapainya, mendapatkannya tidak bisa dengan hanya berpangku tangan saja. Semisal
ingin mendapatkan jabatan, kewibawaan, kesuksesan tentu harus bekerja yang
baik, menghargai teman, menghormati atasan, setia kawan dll. Segala hal yang
menjadi harapan dan keinginan tentu harus dicapai dengan perjuangan, bekerja,
berkarya yang positif dan bermanfaat bagi sesama. Bahwa pemaknaan terhadap tosan
aji dan segala macam pamor yang ada adalah media pengingat, pendukung keyakinan
dan kepercayaan diri dengan senantiasa bekerja dan memohon kepadaNya agar
mengabulkan keinginan dan harapan kita.
Komentar
Posting Komentar