PUSAKA UTAMA KERATON YOGYAKARTA
Kanjeng
Kyai Ageng Kopèk dan Kanjeng Kyai Joko Piturun adalah keris utama di Keraton
Yogyakarta, yang hanya boleh dikenakan Sultan. Penyematan gelar Kanjeng Kyai Ageng sendiri diberikan
pada pusaka yang secara gaib dianggap paling kuat kekuatannya. Keris Kanjeng
Kyai Ageng Kopek diyakini dibuat pada masa Kesultanan Demak dan pernah dimiliki
oleh Sunan Kalijaga, yang kemudian diturunkan kepada raja-raja mataram
selanjutnya. Keris berdhapur Jalak Sangu
Tumpeng ini menempati peran historis yang besar karena sebagai simbol
pembagian wilayah Mataram menjadi dua, Kasunanan Surakarta dan Kesultanan
Yogyakarta, dari Pakubuwono III kepada Pangeran Mangkubumi yang kemudian
menjadi Sultan pertama Keraton Yogyakarta, Hamengku Buwono I. Keris tersebut
diberikan langsung oleh Sunan Pakubuwono III kepada Pangeran Mangkubumi setelah
perjanjian Giyanti di Jatisari (1755) yang disaksikan oleh Gubernur VOC kala
itu, Nicholaas Hartingh.
Sedangkan
keris Kanjeng Kyai Joko Piturun lebih dikenal sebagai salah satu alat legitimasi
bagi pengganti Sultan yang bertahta di Keraton Yogyakarta. Berdasarkan Babad
Ngayogyakarta, Keris Kanjeng Kyai Ageng Joko Piturun ditemukan oleh Pangeran
Mangkubumi pada saat pengungsiannya di wilayah Gunung Sindoro. Suatu malam
beliau melihat sinar yang keluar dari bawah tumpukan bulu burung. Setelah
Pangeran Mangkubumi melakukan semadi, di bawah tumpukan bulu burung tersebut
ternyata ada sebilah keris berdhapur Jalak Dinding yang kemudian diambil dan
diberi nama Kanjeng Kyai Ageng Joko Piturun. Bersama dengan Kanjeng Kyai Ageng
Kopek, Kanjeng Kyai Ageng Joko Piturun merupakan cikal bakal sejarah dan
legitimasi kekuasaan atas lahirnya Keraton Yogyakarta. Saat ini, kedua keris
pusaka yang berbentuk lurus tersebut beserta dengan pusaka utama yang lain disimpan
dalam tempat khusus, yaitu di nDalem
Ageng Prabayeksa.
Sumber Foto: Chamamah Soeratno, et. al (eds), 2002. Keraton Jogja: The History and Cultural Heritage
Sumber Foto: Chamamah Soeratno, et. al (eds), 2002. Keraton Jogja: The History and Cultural Heritage
Keres kyai ageng kopek pamornya wahyu tumuron
BalasHapus