Ragam Bentuk Dhapur Keris
Keris Jawa dibangun berdasarkan anatomi tubuh yang telah
dipakemkan sejak zaman dahulu. Bangun tubuh keris dibagi dalam beberapa bagian
yang tiap-tiap bagiannya memiliki bentuk dan kontribusi fungsi tersendiri
walaupun tetap selalu menjadi suatu kesatuan bilah keris. Sebuah keris harus
lengkap dengan bagian anatomi tubuhnya. Bila ada yang kurang, maka tidak dapat
disebut sebagai keris yang utuh. Masing-masing bagian anatomi tubuh bilah keris
memiliki bagian yang lebih detail lagi sebagai unsur pendukung yang memperkaya
keadaannya.
Detail-detail bagian keris yang dapat diletakkan pada
bagian tubuh keris disebut dengan ricikan. Anatomi tubuh bilah keris berfungsi
sebagai wadah dasar untuk menyematkan unsur ricikan pada bagian tertentu pada
bilah keris. Perbedaan ricikan yang dimiliki oleh bilah keris akan mempengaruhi
penamaan dhapur-nya, karena dhapur keris memang tergantung pada ricikan yang
dimiliki dalam tiap bagian anatomi tubuh bilah keris. Secara garis besar, keris
Jawa dapat dibedakan dalam bentuk lurus dan berkelok. Perbedaan dua jenis
bentuk keris tersebut memiliki konskuensi penamaan bagian anatomi yang berbeda
pula. Keris lurus mempunyai empat pembagian anatomi, yaitu pucukan sebagai
bagian keris yang paling ujung, awak-awakan atau bagian tengah tubuh, bangkèkan
sebagai bagian pinggang keris bila dipersonifikasikan seperti manusia, dan
terakhir adalah sor-soran yaitu bagian yang terbawah dari bilah keris. Adapun
keris berkelok hanya memiliki anatomi pucukan, luk, dan sor-soran saja.
Sor-soran keris dilengkapi dengan bagian ganja, dan kadang
ada yang ber-ganja iras (utuh menyatu dengan bilah). Di bagian bawah sor-soran
terdapat pesi, tepat di tengah-tengah titik imbang bilah. Pesi tersebut
berfungsi sebagai penyatu antara bilah dengan hulu (jejeran). Bagian sor-soran
adalah tempat sebagian besar ricikan keris berada. Ada juga ricikan yang tidak
berada di sor-soran, misalnya kruwingan. Ricikan jenis ini berada di atas
sor-soran, terkadang memanjang hingga pucuk bilah.
Seperti telah disinggung di atas, dasar pembentuk nama
dhapur keris adalah ricikan. Ricikan keris adalah detail-detail bagian keris
yang berada pada anatomi tubuh bilah keris. Secara umum, penempatan ricikan
keris berada di bagian sor-soran. Hal itu ditengarai untuk tetap menjaga fungsi
bilah keris yang dipakai sebagai senjata tusuk, sehingga peletakan ricikan
berada di bagian bawah dengan maksud tidak menganggu fungsinya sebagai senjata
saat dipakai untuk menusuk. Penjelasan tentang pakem ricikan keris Jawa dapat
dijumpai pada manuskrip lama. Di antaranya adalah Serat Centhini, yang banyak
diacu oleh tulisan-tulisan lain tentang keris yang muncul sesudahnya. Berikut
ini adalah gambar yang disarikan dari Serat Centhini yang menjelaskan
detail-detail ricikan keris. Penempatan ricikan-ricikan tertentu dalam bilah
dan langgam pembentukan bilah keris dibakukan menjadi ragam jenis dhapur.
Dhapur adalah penamaan dari bilah keris, menurut komposisi jenis bentuk dan
ricikan tertentu yang dimilikinya. Pengetahuan tentang sejarah dhapur yang
beredar di masyarakat, lebih berupa sekumpulan cerita yang bersifat dongeng.
Kendati berbau mitos, nama-nama dhapur yang diceritakan memang sungguh-sungguh
ada dan menjadi baku dalam pengetahuan perkerisan.
Buku "Gambar Dhoewoeng" gubahan F.L. Winter
mencatat 158 macam dhapur yang terdiri dari 54 keris lurus dan 104 keris luk.
Masih menurut buku tersebut, keris di wilayah Surakarta hanya memakai 54 macam
dhapur keris yang kemudian dibakukan di daerah itu. Menurut Raffles yang lebih
meneliti wilayah Yogyakarta, dan hasil penelitiannya yang dituangkan dalam
bukunya The History of Java, ia hanya mendapati 52 jenis dhapur keris.
Sebenarnya banyak sekali ditemukan macam dhapur pada jenis bentuk keris lurus,
yang jika dikumpulkan dapat mencapai 380 macam dhapur. Namun ada beberapa nama
dhapur keris lurus yang tertulis di dalam kitab-kitab sastra Jawa yang menjadi
patokan dalam pakem budaya keris, terutama yang ada di kalangan masyarakat
Jawa. Sebagaimana yang tercantum di dalam ‘Serat Centhini’, Ngabei
Ranggasutrasna, Centhini, Tambangraras-Amongraga, Jilid III, (Pupuh 236; bait
1-36).
beberapa contoh gambar bentuk dhapur keris sebagai berikut:
* Referensi:
Unggul Sudrajat, Dony Satriyo Wibowo. Keris: Materi Muatan Lokal Bidang Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014 hlm. 18-21.
Unggul Sudrajat, Dony Satriyo Wibowo. Keris: Materi Muatan Lokal Bidang Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014 hlm. 18-21.
Bikin ngiler
BalasHapus