Warangka Sunggingan Punokawan
Seringkali
masyarakat bertanya, siapakah punokawan yang masyur dalam cerita di
pewayangan khususnya di Jawa? Secara bahasa, punakawan berarti ”kawan
yang menyaksikan” atau pengiring. Ada empat punakawan yaitu: Semar,
Gareng, Petruk dan Bagong yang selalu hidup di dalam suasana
kerukunan sebagai satu keluarga. Dalam cerita aslinya, keluarga pandawa
dalam kisah Mahabharata tidak mengenal tokoh Punokawan. Inilah yang
menjadikan menarik, pada saat ajaran islam hadir di tanah Jawa, salah
seorang Wali Songo, Sunan Kali Jaga memasukkan ke empat tokoh ini
ke dalam cerita pewayangan agar menarik masyarakat Jawa. Lalu siapakah
tokoh Punokawan ini sebenarnya? Ke empat tokoh punokawan tersebut
sebenarnya merupakan tokoh tambahan dalam cerita pewayangan. Ke empatnya
merupakan simbol dari cipta, rasa, karsa dan karya manusia dalam
kehidupannya yang oleh Sunan Kali
Jaga digambarkan melalui tokoh Semar sebagai representasi dari daya
cipta manusia, Gareng sebagai representasi daya rasa, Petruk sebagai
representasi daya karsa
dan Bagong sebagai representasi karya manusia. hal ini menyimbolkan
peristiwa kehidupan bahwa manusia dalam hidupnya tidak akan terlepas
dari cipta, rasa, karsa dan menciptakan karya sebagai bekal hidup di
dunia dan bekal di akhirat nantinya.
Tokoh Semar
Semar mempunyai ciri yang menonjol yaitu kuncung putih di kepala sebagai simbol dari pikiran, gagasan yang jernih atau cipta.
Dalam kehidupan, manusia seyogianya mencontoh semar agar hidupnya bermartabat dan berwibawa.
Tokoh Gareng
Gareng
mempunyai ciri yang menonjol yaitu bermata kero (juling) dan berkaki
pincang. Cacat fisik tersebut
menyimbolkan rasa. Mata kero adalah simbol kewaspadaan dan kaki pincang
adalah simbol kehati-hatian. Dalam hidup ini manusia dituntut untuk
selalu waspada dan berhati-hati dalam melangkah dan bersikap agar
hidupnya selamat.
Petruk
adalah simbol dari kehendak, keinginan, karsa yang digambarkan
dalam kedua tangannya. Jika digerakkan, kedua tangan tersebut bagaikan
kedua orang yang bekerjasama dengan baik. Tangan depan menunjuk ke atas,
memilih apa yang dikehendakinya, sedangkan tangan belakang menggenggam
erat-erat apa yang telah dipilih. Manusia hidup harus mampu harmonis,
seia sekata dalam perkataan dan perbuatan. Inilah wujud karakter yang
sebenarnya, bukan hanya di lidah saja, namun juga harus
diimplementasikan dalam perbuatan.
Bagong
dengan dua tangan yang kelima jarinya terbuka lebar, artinya selalu
bersedia bekerja keras. Inilah wujud dari pencapaian akan kehendak
tersebut. Kesuksesan tidak datang tiba-tiba, namun harus diupayakan
dengan sungguh-sungguh, penuh kesabaran dan kerja keras. Kesuksesan
inilah yang seringkali disebut dengan kesuksesan sejati, tanpa berpangku
tangan, mengharap bantuan dari orang lain saja.
Telf/SMS: 081805611599
Motto: Kami memulainya dengan filosofi, dan berakhir dengan seni. Salam budaya.
Komentar
Posting Komentar