Total Tayangan Halaman

Keris Pangeran Diponegoro, Nogo Sosro ataukah Nogo Siluman?


Dua hari ini rupanya lagi cukup heboh soal pengembalian keris Pangeran Diponegoro oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Belanda kepada Pemerintah Indonesia melalui Duta Besar Indonesia, I Gusti Agung Wesaka Puja pada Rabu, 4 maret di Kedutaan Besar RI di Den Haag, Belanda. Pada hari ini, Kamis 5 Maret 2020 keris tersebut telah secara resmi diserahkan kepada Museum Nasional siang tadi. Keris dg tipologi bentuk berwujud naga berlekuk 11 disertai hiasan emas itu acap disebut dg Nogo Sosro yg konon milik tokoh yg pernah membuat pusing Belanda dalam perang akbarnya tahun 1825-1830. Perang tersebut menguras kurang lebih 20 juta gulden kas belanda dan membuat morat-marit pemerintah kolonial kala itu.
Bagi saya yang hobi pada dunia tosan aji, perihal pengembalian keris selalu menjadi bahasan yg menarik. Apalagi, diklaim keris tsb merupakan milik Sang Pangeran. Sudah ada rilis resmi yg disampaikan kpd publik untuk menjelaskan mengenai detail dan sejarah keris tsb. Hasil riset oleh Johanna Leigjfeldt (2017) dan Tom Quist (2019) menemukan 3 keterangan yg digunakan untuk mengidentifikasi keris Kiai Nogo Siluman ini. Keterangan pertama dari surat Sentot Prawirodirdjo, kedua keterangan Kolonel Jan-Baptist Cleerens yg membawa keris tsb dan ketiga, surat dari pelukis Raden Saleh yg mendeskripsikan bentuk keris tsb.
Bersama dg Tombak Kiai Rondhan dan pelana kuda, Kiai Nogosiluman dipersembahkan kepada Raja Belanda, Willem I (bertahta 1813-1840) sbg trofi perang. Pusaka tsb lantas disimpan di Koninklijk Kabinet van Zeldzaamheden (KKZ) di Istana Den Haag. Sementara itu, dalam pengasingannya Sang Pangeran justru membawa pusaka keris yg disebut Kanjeng Kyai Ageng Bandayudha (Sripaduka Petarung Tanpa Senjata). Dalam bukunya Kuasa Ramalan, Sejarawan Peter Carrey menuliskan bahwa keris yang selalu terselip pada pinggang Diponegoro adalah Kanjeng Kyai Ageng Bandayudha. Keris Kanjeng Kyai Ageng Bandayudha sendiri konon merupakan keris utama sang pangeran yang dibuat dari 3 pusakanya yaitu; Kyai Sarutomo (berbentuk Cundrik), Kyai Barutuba (tombak), dan Kyai Abijaya (keris) yang dilebur dan dibuat menjadi satu keris. Pasca penangkapan Diponegoro, keris tersebut dibawa Pangeran Diponegoro ke Batavia dan tetap menjadi miliknya selama pengasingan di Sulawesi, sebelum akhirnya ikut dikuburkan bersama dia di Kampung Melayu, Makassar (Kuasa Ramalan, 2012: 844). Namun dilapangan, ada beberapa kalangan yang meyakini bahwa Keris Kyai Ageng Bandayudha tidak ikut dikuburkan bersama pangeran, namun muksa atau bahkan dibawa oleh orang lain. Keberadaannya kemudian menjadi misteri, dan tak jarang beberapa pihak mengklaim kerisnya adalah keris tersohor tersebut.
Kembali ke soal keris yg diserahkan kembali kepada pemerintah Indonesia. Pertanyaannya, apakah betul itu Kiai Nogo Siluman yg sempat hilang catatannya itu?
Pertama, kalau kita lihat berdasarkan bentuknya, keris itu disebut “berdhapur” nogo sosro bukan nogo siluman. Sehingga bila tipologi bentuk yg disebut “dhapur” dijadikan acuan, maka jelas ini bukan keris nogo siluman.
Kedua, kalau Nogo Siluman itu adalah gelar, bukan sebagai tipologi bentuk, maka bisa jadi dimungkinkan keris yg diserahkan itu adalah keris tsb. Karena seringkali ditemukan kasus, nama gelar keris berbeda dg bentuk kerisnya. Ini sah-sah saja, asalkan didukung bukti yg bisa memperkuat hal ini.
Ketiga, kalau melihat model warangkanya, rasanya warangka jenis seperti itu ndak cocok diselipkan (disengkelit) di dada dan digunakan berperang. Kalau kita lihat, hampir semua lukisan dan litografi ttg P. Diponegoro menyelipkan keris dg warangka gayaman. Secara teknis, warangka branggah/ladrang memang riskan kalau dibawa-bawa apalagi jika diselipkan untuk berperang. Bisa patah angkup warangkanya kalau terkena benturan. Berbeda dg gayaman yg relatif simpel dan aman dibawa bahkan saat berperang.
Meski demikian, kembalinya keris yg dulu dirampas sama belanda sebuah anugerah yg patut disukuri. Kepada semua pihak yg telah berjuang dan berkontribusi menjadi bagian kembalinya keris tsb, tentu kita harus banyak menghaturkan terima kasih. PR selanjutnya selain merawat tinggalan fisiknya Sang Pangeran adl meneruskan dan nyebarin semangat juang Sang Pangeran dan kecintaannya pada negeri kepada seluruh anak bangsa. Tabik.
 
Galeri Omah Nara
Kamis, 5 Maret 2020

Komentar

  1. ceramic vs titanium flat iron - TITanium Arches
    Ceramic flat iron with stone handle dewalt titanium drill bit set is an easy microtouch trimmer and efficient tool. Ceramic flat iron with titanium trim stone titanium chainmail handle is also easy to use for woodworking in  Rating: 4.5 · microtouch solo titanium ‎10 reviews

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer